Jumat, 29 Januari 2010

Kata Ayah...

Setelah tikungan ini akan kutemukan rumah berwarna biru muda. Halamannya penuh dengan tanaman hias yang tertata rapi. Di dindingnya terpasang tulisan Hadi Sintara Jalan Panglima Sudirman 37A. Ya, Sintara. Nama belakang yang sama juga melekat pada namaku, Kinanti Sintara dan kakakku, Naga Sintara.
“Sudah jam 10 malam. Cepet tidur sana! Besok kan sekolah,” kata ayah sambil mencabut kabel TV lalu mematikan lampu.
Layaknya seorang prajurit yang mendengar perintah komandannya, aku tak bisa menolak perintah ayah. Tanpa banyak omong, aku langsung masuk kamar padahal film yang kutonton masih seru-serunya. Kulemparkan tubuhku ke atas ranjang lalu kucoba memejamkan mata tapi tiap sepuluh menit mataku selalu saja terbuka lagi. Kini jarum panjang sudah berputar tiga kali melewati angka 12 sejak jam sepuluh tadi. Kak Naga sudah pulang belum ya?

“Mau sampai kapan kamu seperti ini? Kuliah nggak mau. Sekarang malah jadi sampah masyarakat!” kata-kata ayah yang keras itu membuatku bangkit dari ranjangku tapi aku tak berani keluar. Aku hanya berdiri dibalik pintu.
“Apa ayah bilang? Ayah bisa jamin kalau Naga kuliah, Naga bisa sukses? Naga emang nggak seperti ayah yang selalu pengen kuliah dan punya gelar tinggi. Ayah egois. Ayah ngga bisa maksa orang lain jadi seperti ayah!”
“Dasar otak udang! Orang bodoh kayak kamu mau jadi apa kalau nggak kuliah? Berapa kali ayah berurusan sama polisi saat kamu ketangkep ikut darkrace? Dari pada bikin malu terus, mendingan kamu keluar dari rumah!”
Brak...
Suara pintu yang dibanting dengan keras itu semakin membuatku takut. Ayah marah besar dan pasti kakak pergi dari rumah. Untuk kesekian kalinya. Badanku gemetar takut, keringat dingin tiba-tiba keluar membasahi tubuhku. Tanpa sadar airmata mengalir menuruni pipiku. Pandanganku lalu tertuju pada wajah yang tampak sayu yang terlihat dari jendela kacaku. Sebuah wajah tertempel pada kaca jendelaku mencoba melihatku di dalam kamar. Tiba-tiba airmatanya luluh dan membasahi kaca. Saat ia melihatku tampak gemetar ketakutan di balik pintu lalu cepat-cepat ia pergi. Itu pasti Kak Naga.


Kini malam berganti siang dan matahari mulai berkoar-koar penuh semangat di langit seperti para mahasiswa yang sedang berorasi di Bundaran HI. Kulihat hari ini ayah bersikap seperti biasa. Seperti hari-hari biasa. Seolah-olah kemarin malam tidak terjadi apapun. Bahkan pada hari kelulusanku pun kulihat ayah bersikap seperti biasa. Biasa dan selalu saja biasa.
Tret...Tet...Tet...
Bunyi terompet diakhir upacara pelepasan siswa kelas 3 riuh terdengar. Semua segera menghambur keluar aula dan saling berjabat tangan.
“Kak Naga!” teriakku saat melihat Kak Naga di gerbang sekolah.
Cepat-cepat kupeluk tubuh laki-laki dekil itu. Rasanya aku nggak mau melepaskan Kak Naga walaupun dia bau banget. Bau keringat, bau badannya yang kemarin malam nggak mandi, dan bau yang satu ini pasti bau oli. Pasti semalam Kak Naga tidur di bengkel temannya. Semua bau-bau yang bisa bikin kambuh orang asma itu kini bercampur jadi satu pada tubuh Kak Naga. Kalau dia bukan kakakku, udah aku buang ke laut orang ini. Sayangnya dia kakakku dan aku sayang banget sama dia.
“Pelan-pelan donk Dek makannya!” kata Kak Naga sambil mengambil nasi yang nyasar di pipiku lalu mengelus kepalaku “Kok masih pake tas yang lama? Tas yang Kak Naga kasih mana?”
“Dirumah Kak. Inan sih suka tapi kata ayah nggak boleh di pake ke sekolah.”
“Ooh... Besok malam nonton Kak Naga balapan yuk!”
“Inan mau tapi kata ayah ngga boleh keluar malam. Kata ayah Jam 10 kan waktunya tidur.”
“Ehm... Beasiswa arsitek itu jadi kamu ambil kan Dek?”
“Inan sih pengen banget tapi kata ayah, Inan harus masuk kedokteran.”
“Dek, kamu itu bukan boneka suruhan orang tua itu! Dari tadi kamu bilang kata ayah, kata ayah selalu kata ayah. Kamu nggak boleh ini, nggak boleh itu. Bahkan kamu juga nggak boleh punya cita-cita sendiri? It’s your life dan kamu nggak boleh nurut gitu aja sama ayah yang selalu kamu banggain itu!”
“Kak Naga! Kakak itu harapan ayah apalagi setelah ibu meninggal tapi malah buat ayah kecewa. Ayah cuma berusaha untuk mewujudkan keinginan ibu. Ibu ingin kita semua berhasil. Kalau bukan Inan, siapa lagi yang akan jadi harapan ayah?”
“Pakaian jubah panjang dan topi yang serba hitam itu bukan suatu ukuran keberhasilan Dek! Ibu ingin kita berhasil bukan ingin kita jadi sarjana! Satu hal yang perlu Dek Inan inget! Hidup ini seperti tanah liat yang siap dibentuk terserah hati dan tangan ini. It’s mine.” Kak Naga memperlihatkan tangannya di hadapanku dan bekas luka di pergelangan tangannya terlihat jelas. “Ini adalah sedikit harga yang perlu kita bayar untuk cita-cita. Semua pilihan punya konsekuensi Dek dan Kak Naga percaya kamu berani untuk bersikap sekarang.”
Mungkin kata-kata Kak Naga benar. Kalau terus diam, Ayah pasti ngga tahu apa yang aku inginkan. Selama ini aku hanya menurut kata-kata Ayah. Meskipun aku nggak suka tapi tetap saja aku kerjakan karena aku nggak pernah cerita apa yang aku mau dan apa yang aku nggak suka. Ya, aku akan ngomong sama ayah. Ini adalah saat yang tepat.
Malam ini kulihat ayah sedang duduk di kursi teras belakang. Akan kubawakan secangkir teh hangat lalu aku akan bercerita tentang beasiswa itu. Saat aku kembali dari dapur ternyata ayah ketiduran di kursi. Kuselimuti tubuh ayah perlahan.
“Inan,” igau ayah. Ayah tampak gelisah. Keningnya berkerut-kerut menambah kulit wajahnya yang sudah penuh keriput. Apa yang beliau mimpikan?
Aku tersentak kaget dan mataku berhenti berkedip. Tiba-tiba airmataku meleleh jatuh di atas tangan ayah. Dalam mimpi saja ayah masih memangilku. Ayah membutuhkan aku. Aku tak mungkin meninggalkan ayah. Kalau aku pergi, ayah akan dirumah ini seorang diri. Siapa yang akan mengoreksi nilai-nilai ujian murid-muridnya? Ayah tak sanggup lagi kalau harus duduk terlalu lama. Punggungnya kan terasa sakit. Siapa yang akan menuliskan nilai dibuku raport murid-muridnya? Matanya tak setajam yang dulu untuk menulis angka dalam kolom-kolom sekecil itu. Siapa yang akan membuatkan secangkir teh setiap pagi? Ayah tak akan sempat untuk membuat teh dan sarapan seorang diri karena pagi-pagi benar, beliau sudah harus pergi ke sekolah.
Cita-cita hanya milik orang-orang seperti Kak Naga yang rela menanggung segala konsekuensi demi cita-citanya bukan untuk orang lemah seperti aku. Mungkin aku tak bisa meraih cita-citaku namun pilihan hidup yang diberikan oleh ayah bukanlah pilihan yang buruk. Dengan menjadi seorang dokter, aku akan bisa menjaga keluargaku. Aku bisa merawat mereka saat sakit dan melakukan segala cara untuk menyembuhkan mereka. Seandainya ibu tidak terlambat mendapat pertolongan dari dokter waktu itu, pasti akan lain ceritanya.
Pukul 12.10. Aku dan ayah sedang makan siang di meja makan. Apa aku sakit ya? Tapi sakit apa? Badan nggak panas, kepala nggak pusing, kelopak mata nggak pucat tapi rasanya aneh. Melihat nasi putih seperti liat onigiri, lihat tahu seperti lihat sushi, lihat sayur lodeh seperti lihat mie ramen. Huh,,seharusnya hari ini aku berangkat ke Jepang untuk beasiswa itu....
Tiba-tiba Kak Naga pulang ke rumah dan langsung marah-marah lalu mengatakan semuanya pada ayah tentang beasiswa kuliah arsitek di Jepang itu.
“Pergi! Tinggalkan ayah sendiri!” kata ayah.
“Nggak yah! Inan akan nemenin ayah terus,” hingga tanpa sadar tubuhku tersungkur dikaki ayah.
Ayah membantuku berdiri lalu menarik tanganku kuat-kuat sambil membawaku ke kamar. Tanpa melihatku, ayah memasukkan semua keperluanku ke dalam koper besar.
“Inan ngga akan kemana-kemana yah!” kataku sambil menutup almariku.
“Auchh,” seru ayah. Jari telunjuknya melepuh karena terjapit pintu almari yang kututup.
“Maafin Inan, Yah!” kutiup-tiup jari telunjuknya.
“Kamu membuat Ayah sakit Inan,” kata ayah lirih sambil menarik jarinya “Naga, antarkan adikmu ke bandara sekarang! Cepat!”
“Empat tahun itu lama Yah! Inan nggak mau pergi!”
“Ini kan yang kamu mau? Kenapa kamu nangis? Ini konsekuensi atas pilihan kamu. Siap atau nggak, kamu harus jalani.”
Disaat kami hendak berangkat ke bandara, batuk ayah kambuh lagi. Mana syal coklat rajutan ibu yang biasanya selalu ayah pakai? Biasanya ayah nggak pernah bisa lepas dari syal itu. Kuberlari pada ayah tapi Kak Naga lebih dulu menghampiri ayah dan memberikan jaket kulitnya.
“Jadi orang itu inget umur. Nggak usah buka les matematika lagi! Naga memang nggak kuliah ke Jepang kayak Dek Inan tapi Naga kemarin tandatangan kontrak kerja di tim balap bonafit dan resmi. Nggak ada drakrace, nggak ada panggilan ke kantor polisi lagi. Naga juga bisa bikin ayah bangga.”
Motor Kak Naga mulai bergerak perlahan keluar halaman rumah. Kulihat sebuah syal coklat tua berkibar keluar dari koperku yang sedikit terbuka. Kulihat dari kejauhan ayah menaikkan resleting jaketnya sampai menutupi leher lalu masuk ke dalam rumah. Kuambil syal itu dan kulilitkan di leherku.
“Inan sayang ayah...” kataku lirih sambil membenamkan wajahku pada punggung Kak Naga.
“Sekarang Kak Naga yang bakal jaga ayah, Dek”

Cerpen by Vena Pengen ke Jogja

Pelantikan DLM Unair 2010

Pelantikan DLM Unair 2010 oleh Presiden BEM, disumpah dibawah Al Qur'an. Dilanjutkan pelantikan oleh rektor pada tanggal 28 Januari 2010 kemarin. sayang yang nulis ini nggak bisa hadir. Minta do'a dan bantuan kawan-kawan mahasiswa Unair agar kedepannya Dewan Legislatif Mahasiswa Universitas Airlangga lebih aspiratif dan kontributif. Perjuangan ini baru dimulai. Hidup mahasiswa, Hidup rakyat Indonesia!!!

Kamis, 28 Januari 2010

India Luncurkan Penerbangan Luar Angkasa Berawak Pertama pada 2016

Setelah berhasil meluncurkan satelit pertama, India kembali mengirim misi ke luar angkasa. Badan Antariksa India berencana melakukan penerbangan luar angkasa berawak pertama pada tahun 2016.

"Lembaga Penelitian Ruang Angkasa India menyediakan 120 miliar rupee (£ 1,6 milyar) untuk menempatkan dua astronot di ruang angkasa selama seminggu," kata juru bicara S Satish seperti dikutip dari telegraph.co.uk , Jumat (29/1/2010).

Sementara, pemerintah India sendiri telah memberikan pra-proyek dana sekitar empat miliar rupee (£ 53 juta) yang memungkinkan lembaga untuk melakukan penelitian awal pada ruang penerbangan.

Pada bulan Oktober 2008, India meluncurkan Chandrayaan-1, satelit pertama yang mengorbit bulan. Tetapi umurnya hanya setahun, setelah komunikasi terganggu dan ilmuwan kehilangan kendali atas satelit.

Sabtu, 02 Januari 2010

Naruto shippuden 141

Naruto Shippuden atau Naruto II adalah plot dari seri mangga Naruto, menitikberatkan pada petualangan Uzumaki Buge dan Haruno Sakura dan misi pencarian Uchiha Sasuke setelah ia meninggalkan Konohagakure. Pada plot ke-2 ini, pergerakan organisasi Akatsuki semakin terlihat. Naruto Shippuden juga telah dibuat versi movie-nya dengan judul Naruto Shippuden The Movie yang akan dirilis pada bulan Desember, dan diceritakan bahwa Naruto bangkit dari kematian. Setelah Naruto Shippuden The Movie dirilis, hadir pula Naruto Shippuden The Movie 2: Bond. Movie ini menceritakan Naruto, Sakura, Sasuke, dan Yamato diberi misi ke Negara Api, dan bertemu dengan Sora. Ternyata Sora ini juga memiliki rubah berekor yang disebut Psuedo-Jinchuuriki.

Download Naruto shippuden 141 

Ragam Perilaku Informasi

Ditulis oleh putubuku di/pada April 4, 2008
T.D. Wilson adalah salah satu ilmuwan yang sangat aktif menulis tentang perilaku informasi. Karya-karyanya banyak dikutip oleh para peneliti bidang informasi sejak ia mengeluarkan serangkaian model pada tahun 1981. Wilson juga dapat dianggap sebagai orang yang memperjelas perbedaan antara berbagai istilah yang digunakan dalam penelitian perilaku informasi. Dia menyajikan beberapa definisi, yaitu:
Perilaku informasi (information behavior) yang merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif. Menonton TV dapat dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunikasi antar-muka.
Perilaku penemuan informasi (information seeking behavior) merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi hastawi (suratkabar, sebuah perpustakaan) atau berbasis-komputer (misalnya, WWW).
Perilaku pencarian informasi (information searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau tindakan meng-klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya penggunaan strategi Boolean atau keputusan memilih buku yang paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan) .
Dalam bahasa Inggris seeking dibedakan dari searching. Di Indonesia selama ini keduanya diterjemahkan sebagai “mencari”, lawan-kata dari menelusur secara serampangan, atau merawak (browsing). Menurut penulis, sesuai uraian Wilson di atas, seeking bersifat lebih umum walaupun tidak seserampangan browsing, sedangkan searching bersifat lebih khusus dan terarah. Sebab itu, information seeking adalah upaya menemukan informasi secara umum, dan information searching adalah aktivitas khusus mencari informasi tertentu yang sedikit-banyaknya sudah lebih terencana dan terarah.
Perilaku penggunaan informasi (information user behavior) terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya.
Kita dapat melihat di uraian di atas, bahwa ketika membahas perilaku informasi, Wilson tidak memasukkan persoalan data, karena perhatiannya adalah kepada proses transfer antara sistem dengan pengguna, dan hanya informasi lah yang berada dalam proses tersebut. Istilah ‘pengetahuan’ (knowledge) juga dihindari karena Wilson rupanya tidak melihat ‘pengetahuan’ sebagai entitas yang dapat dipindah-pindahkan. Hanya informasi tentang pengetahuan itulah yang dapat direkam dan dipakai oleh orang lain, dan informasi tidak lain adalah wakil (surrogate) dari pengetahuan yang tidak komplit.

download perilaku pencarian dan penggunaan informasi

Pleasure reading

Kiat menumbuhkan kegemaran membaca pada anak : bagaimana hal itu terjadi dan apa yang dapat anda lakukan
(Parents who love reading, kids who don’t)
Mary Leonhardt. Jakarta: Grasindo, 1997.


Banyak orangtua di Amerika Serikat yang merasa prihatin saat menyadari bahwa anak-anak mereka tidak suka membaca. Mereka menyadari keuntungan dari kegemaran membaca yang merupakan kegiatan yang dapat memperkaya hidup dan dapat mengganti kekosongan waktu dengan kegembiraan dan kesenangan.
Dari pengamatan, anak-anak yang gemar membaca (kutu buku) akan memiliki keunggulan dibandingkan dengan anak yang tidak suka membaca. Kegiatan membaca akan memudahkan pengembangan konsentrasi lisan karena anak sering menerima masukan informasi lisan dari buku yang dibacanya. Melalui membaca, anak-anak akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang luas sehingga mereka bisa mengikuti dan menikmati suatu diskusi dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak suka membaca. Mereka lebih mudah mengolah informasi baru, mempunyai lebih banyak tambahan ide, dan lebih cepat melihat kepelikan yang ada. Selain itu, karena mereka mempunyai kosa kata yang banyak dan beragam, mereka akan mudah menulis dengan baik dan mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Yang lebih menggembirakan, anak yang gemar membaca akan mampu mengatasi masalah pribadi dan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk meraih kehidupan yang sukses.

Mengapa begitu banyak anak dan remaja tidak suka membaca? Jawabannya adalah: itu karena kesalahan orangtua. Jika anak tidak senang buku, itu karena orangtua mereka tidak cukup membacakan dongeng. Ketika anak beranjak besar, mereka tidak suka membaca karena orangtua mereka mengizinkan mereka banyak menonton televisi. Kerugian besar tidak dapat dihindari, jika anak-anak dibesarkan di rumah yang tanpa buku, dan tanpa orangtua yang suka membaca. Kerugian semakin besar karena kebanyakan kecintaan membaca hanya bisa diajarkan oleh orangtua.

Untuk mengembangkan minat baca perlu adanya campur tangan sekolah. Sekolah perlu memberikan fasilitas yang kondusif dengan menyediakan bahan bacaan yang sudah dikenal oleh anak-anak dan melengkapi dengan kursi dan bantal yang nyaman, dan juga kelas dipimpin oleh guru-guru yang senang mambaca. Saat anak-anak semakin baik dalam membaca, guru dapat mengembangkan mereka dengan buku anak-anak nonfiksi yang bervariasi. Dengan demikian, mereka akan memperoleh beragam pengetahuan yang tidak mereka dapatkan dari buku pegangan wajib yang sederhana dan membosankan.
Bagaimana menciptakan kesenangan membaca? Yang harus diingat adalah tidak memaksa anak-anak membaca banyak bacaan. Biarkanlah mereka membaca sedikit di rumah pada awalnya, daripada mereka membaca banyak hanya karena kita memaksanya. Kemudian, berikanlah anak-anak bahan bacaan yang mudah untuk dinikmati dan menyenangkan. Biarkanlah anak-anak membaca buku-buku yang membuat mereka merasa bahwa mereka adalah pembaca yang baik dengan menanyakan pendapat mereka tentang buku yang mereka baca. Jika Anda sudah mengetahui, buku-buku macam apa yang mereka sukai dan mengasyikkan bagi mereka, berusahalah untuk mencari dan memberikannya kepada mereka.
Jika anak Anda adalah termasuk anak yang enggan membaca, baik karena ia tidak suka maupun karena ia tidak mampu membaca, sebaiknya Anda tidak perlu berputus asa. Ada baiknya Anda mencoba tahap-tahap berikut:
1.      Berikan anak buku dan majalah yang penuh dengan gambar-gambar yang menarik. Biarkan ia membolak-balik buku-buku atau majalah tersebut. Sekali-kali, cobalah memintanya memilih buku/majalah sendiri untuk mengetahui minatnya.
2.      Biarkan ia membaca komik, majalah dan koran. Janganlah berpikir bahwa ketiga jenis bacaan tersebut bacaan yang buruk atau tidak bermutu. Untuk anak yang minat bacanya rendah atau kemampuan membacanya rendah, bacaan tersebut memiliki beberapa kelebihan, yaitu: komik memiliki karakter, garis cerita, jenis bahasa, dan nada yang sama. Sedangkan, majalah dan koran memiliki artikel dan cerita pendek yang dapat dibaca dalam waktu yang singkat oleh orang yang tidak suka membaca. Di samping itu, ada gambar yang bisa membantunya menerka arti kata yang tidak ia mengerti. Biarkan anak membaca bacaan tersebut, tetapi mulailah menggerakkannya untuk membaca buku.
3.      Berikanlah buku pertama kepada anak dengan ciri-ciri: yang memiliki penuturan cerita yang dilakukan dari sudut orang pertama; atau buku humor, karena anak seringkali terkesan pada buku yang lucu.
4.      Tahap berikutnya, umumnya anak menolak membaca buku lain di luar tulisan pengarang yang disukainya. Oleh karena itu, seringkali orangtua kerepotan menghadapinya. Namun, sebaiknya orangtua tetap mendukung dengan mencoba mencarikan buku yang disukainya.
5.      Selanjutnya adalah pengembangan. Orangtua harus mulai memperkenalkan bacaan lain di luar dari yang disukai anak. Anda bisa menyarankan buku jenis yang sama dari pengarang yang berbeda. Ini adalah waktu yang baik untuk mulai memanfaatkan perpustakaan sehingga jika anak tetap tidak ingin membacanya, Anda bisa mengembalikannya.
6.      Berikan dukungan untuk peralihan ke bacaan yang lebih luas. Jika Anak sudah terpikat pada buku kesenangannya, memberikan tugas membaca klasik akan membantunya me-ngembangkan bacaan. Ia akan dapat menikmati buku lain selain yang disenangi-nya. Anda sudah bisa menawarkan buku-buku yang pernah Anda senangi.
7.      Biarkan anak mencari buku sendiri. Pada tahap ini anak sudah mempunyai kebutuhan terhadap buku. Ia perlu sesuatu untuk dibaca. Ia menemukan pengarang-pengarang baru. Ia juga mencoba jenis-jenis fiksi baru. Ia selalu mencari buku berikutnya.
8.      Akhirnya, anak Anda menjadi kutu buku sejati karena ia sudah tidak bisa lepas dari buku. Ia tidak bisa kalau tidak membaca.
Orangtua harus menciptakan rumah sebagai tempat yang menyenangkan. Salah satu hal yang mungkin terjadi yaitu rumah Anda akan berantakan karena bisa jadi buku-buku akan tercecer dimana-mana. Selain itu, kesenangan membaca akan membutuhkan banyak biaya sehingga orangtua harus siap mengeluarkan sejumlah uang untuk pembelian buku-buku atau bahan bacaan lainnya.
Tentang televisi dan bacaan, belum ada keterkaitan yang jelas antara kegiatan membaca dan menonton televisi. Membatasi televisi tidak selalu mengarah pada peningkatan membaca; demikian juga sebaliknya, memperbolehkan menonton TV belum tentu mengurangi aktivitas membaca. Kadang-kadang membatasi televisi akan mendorong minat baca, namun seringkali juga tidak berhasil. Dalam kasus-kasus tertentu, upaya membatasi televisi menyebabkan anak-anak marah, bahkan membuat mereka bosan membaca, dan hanya mendorong mereka untuk melanggar peraturan. Aturan tentang menonton televisi sebaiknya telah diajarkan sejak usia prasekolah. Jika anak pada usia ini terbiasa untuk tidak terlalu sering menonton televisi dan lebih banyak membaca, maka ia nantinya akan lebih memilih membaca daripada menonton televisi. Usaha ini akan kurang berhasil jika diterapkan pada anak yang lebih besar mengingat mereka sudah tahu apa yang mereka inginkan, artinya jika mereka dilarang menonton televisi di rumahnya, ia akan pergi ke rumah teman untuk mendapatkannya. Namun, jika anak Anda banyak membaca dan juga menonton televisi, sebaiknya Anda membiarkan saja.
Untuk mempersiapkan anak berusia 3 atau 4 tahun (usia prasekolah) menjadi seorang pembaca yang andal adalah dengan membacakan cerita setiap saat. Hal ini akan menghindarinya mendapat kesulitan belajar di sekolah. Jika Anda berniat mengajarkan membaca, ajarkan abjad terlebih dahulu. Setelah pelajaran abjad berlangsung lancar, Anda bisa melanjutkan ke bunyi, terutama bunyi awal dari abjad-abjad yang sering digunakan. Pelajaran yang demikian bisa dilakukan dengan permain-an. Pengenalan abjad dapat dimulai ketika anak berusia tiga tahun dan pengenalan bunyi dimulai usia sekitar tiga setengah tahun. Namun, hal ini banyak tergantung pada si Anak. Ada anak yang lebih cepat, dan ada yang lebih lambat. Akan tetapi, jika Anda membuatnya menjadi ringan dan menyenangkan, tentu tidak akan menyulitkannya.
Setelah anak Anda mulai mengenali bunyi-bunyi awal, Anda dapat mulai dengan kata. Cara mengajarkan kata-kata yang mudah dan menyenangkan adalah dengan menempelkan setiap benda dengan tulisan yang mewakili benda itu (contoh: meja ditempeli tulisan “meja”). Sebaiknya, Anda hanya menempeli beberapa benda saja, selanjutnya biarkan anak yang menemani Anda menempelkan kartu yang ada pada benda yang tercantum. Cara lain adalah dengan memberikan kesempatan kepadanya untuk memiliki satu kata yang disukainya pada saat Anda mebacakan cerita untuknya. Jadi, setiap kali Anda tiba pada kata tersebut Anda berhenti dan biarkan dia yang menyebutkannya. Dengan cara ini, ia akan dapat dengan cepat menguasai, dua-tiga kata, atau lebih.
Untuk mendukung kemampuan membaca secara terus menerus, maka pada saat anak Anda harus bersekolah, Anda harus memilihkan sekolah yang dapat menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak untuk membaca. Carilah sekolah yang guru-gurunya menyenangi murid-muridnya, yang rasio guru-siswanya rendah dan memiliki daya tampung kelas yang memadai; yang gaya mengajarnya berbeda-beda; dan yang memiliki pelayanan konsultasi yang baik. Karena kegiatan membaca dapat membantu pembentukan pribadi anak yang cakap dan mandiri sehingga anak mampu memecahkan masalahnya sendiri, maka sebaiknya orangtua terus mendukung aktivitas membaca dan terus mengarahkan anak-anaknya dengan bijaksana sesuai dengan apa yang seharusnya.

seminar pengolahan data dan informasi

download