Kamis, 04 Februari 2010

Menikah?!!

Menikah
Lelaki mana Yang Tak mengimpikannya....
Wanita Mana yang tak mencitakanya....

Menikah
adalah Jalan Mulia
Tradisi Nabi dan Orang-orang Sholeh

Karena Hakikatnya
Jiwa kita Berpasangan.....

Karena Rusuk Kiri itu
harus kembali dalam dekapan
sayang dan kasih
sepanjang masa.....

Menikah
begitu mudah
Mulai dari Ta'aruf
Mahar
Walimah
Semuanya Mudah
Sederhana
Hanya Mengucapkan Akad
Memberikan Mahar semampumu....
Dan mengumumkan ke semua orang

Maka
Halal lah
wanita itu...
Halal lah
Lelaki itu

Setelah itu
Berkasih Sayang
Bertaburkan Pahala.....
di setiap detiknya....
di setiap hembusan nafas mu....

Hanya
Kita lah ......
Yang membuatnya Rumit.....

Memberat-beratkan
Kriteria........

Meninggi-ninggikan Mahar.....

Mensibuk-sibukan diri......

Hingga
Surga Dunia itu....
Jauh Dari Keindahannya........

Menikah
adalah
Bukti Cinta Alloh Kepada Kita
Alloh tak pernah Membuatnya
Menjadi
RUMIT
SULIT DAN
MEMBEBANI
HambaNya

Islam
Jelas
Sejelas Matahari.......

"Tak ada yang Lebih baik...bagi yang Jatuh Cinta
selain Menikah...."

Itulah Deklarasi Islam
dalam Menyelamatkan Fitrah Manusia'
di umumkan oleh Manusia Paling Mulia
di Jagad Ini
Muhammad saw

Masihkah engkau Ragu...??

Menikah
Adalah Kerinduan....
Ya
Kerinduan
bertemunya kulitmu
dan kulitku
dalam dekapan
dan Kenyamanan Surgawi.........

Nb: didapat dari facebook Ust. Hamzah Nasution
Jzk ustad, benar-benar menginspirasi...

Senin, 01 Februari 2010

Resensi Novel Negeri 5 Menara

        Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar Minangkabau. Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, main bola disawah dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba dia harus melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa dipelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah ibunya: belajar di Pondok.

         Dihari pertama di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakiti man jadda wa jadda”. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid, mereka menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berakar ke ufuk. Awan-awan itu menjelma menjadi Negara dan benua impian masing-masing. Ke mana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

         Negeri 5 Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogy. Ditulis oleh A. Fuadi, mantan wartawan TEMPO dan VOA, penyuka fotografi, yang kini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi. Alumni Pondok Modern Gonto, HI Unpad, George Washington University, dan Royal Holloway, University of London ini meniatkan setengah royalty trilogy ini untuk membangun Komunitas Menara, sebuah organisasi sosial berbasis volunteerism yang ingin menyediakan sekolah, perpustakaan, klinik dan dapur umum gratis buat kalangan yang tidak mampu.